Friday, October 23, 2015

From Sweet to Bulshit

Hati hati kalau berkata manis, sayang.
Aku tak mau kamu seperti dia.
Terlalu hiperbola dalam menyampaikan perasaan sayang
Dan berakhir dengan alasan tak masuk akal.

Tak usah berkata terlalu manis, sayang
Walau bisa membuat hati melayang
Aku lebih suka kamu apa adanya
Bukan hal yang hanya bualan belaka

Jangan terlalu sering bermanis manis, sayang
Aku gamau nanti terkena diabetes
Memang awalnya bikin seneng
Tapi diakhir siapa yang tau penyebab sakit dan stres

Hati hati jika bermanis manis, sayang
Terlalu berlebihan itu ga baik
Diawal memang bikin nagih
Tapi terlalu banyak juga bikin mual.

Jangan makan gula terus, sayang
Nanti kamu sakit gigi.
Manis manis bilang sayang ternyata omong kosong
Kalo lagu bilang, lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini.

Cerpen ; The Hero in Our Family

Sebelumnya kehidupanku baik baik saja, sampai saat itu aku melihat email ayahku yang dikirim kepada temannya tertulis bahwa ia meminta bantuan uang untuk biaya sekolah anak anak. Aku terdiam dan kaget melihat email permohonan itu, buat apa? Sejauh ini kondisi ekonomi keluarga ku terlihat baik. Aku merasa bersalah melihat email yang seharusnya menjadi privasi itu, namun aku terus bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi pada ayahku?

Ayahku adalah ayah paling hebat sedunia. Saat aku kecil beliau selalu mendongengi cerita sebelum tidur, beliau selalu menceritakan kisah hidupnya yang sangat menarik untuk ia jadikan motivasi buatku. Beliau juga tak pernah menuntut aku untuk menjadi apa, katanya, terserah aku mau menjadi apa, jadilah apa yang aku suka, karna itu aku ingin menjadi seorang penulis. Ya, ayahku seorang penulis.

Krisis ekonomi dalam keluargaku mulai terjadi, saat ayahku menginvestasikan uang nya untuk trading. Di awal memang kegiatan trading ini cukup baik dan menghasilkan banyak uang. Namun, manusia memang tidak pernah merasa puas, ayahku mulai menginvestasikan uangnya yang lebih besar lagi, hingga di suatu hari aku melihat ayahku mondar mandir didepan laptop nya, ia terlihat bingung dan sangat panik.

Kejadian itu mulai sering terjadi bahkan ayahku sampai berteriak teriak kesal. Hal ini mulai meresahkan keluarga kami, ibuku bingung melihat ayahku selalu tampak selalu cemas, hingga ibuku menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada ayahku. Ternyata akhir akhir ini ayahku terlihat cemas dan gelisah adalah karna tradingnya yg mengalami lost dalam jumlah yang sangat besar.

Ayah menangis, ibu ku pun ikut menangis. Minggu minggu berikutnya keadaan keluarga kami semakin buruk, debt collector dari berbagai bank mulai berdatangan untuk menagih hutang ayahku, yang ternyata ayahku meminjam uang dari bank juga untuk menginvestasikan uangnya di trading.